MBAK NOVI SUDAH ISI ?

Ketika kami menikah dulu, kami pikir Novita cepat hamil dan keluarga kecil kami jadi ramai karena tangis dan teriakan-teriakan bayi mungil. Tetapi faktanya tidak begitu.

Satu tahun pernikahan kami, belum ada tanda-tanda kehamilan. Sebetulnya buat kami asyik-asyik saja, maklum pengantin baru, kami nikmati saja bulan madu yang terus diperpanjang нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀 

Walau rumah masih kosong melompong belum ada perabotan apa-apa, yang penting kami berdua bisa bersama, itulah segalanya нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀 . 

Tapi yang bikin rese adalah setiap kali ada pertemuan, apakah itu komplek, arisan, persekutuan, sosial, juga keluarga dan lain-lain orang-orang semua seperti sepakat bertanya, "Mbak Novi sudah isi (hamil) ?" 

Awalnya pertanyaan itu biasa-biasa saja sih, ditanyakan sambil tertawa dan dijawab juga sambil tertawa, "Belum." Tapiii lama kelamaan semakin rese dan sangat mengganggu pikiran kami. 

Baru saja nikah dan lagi enak-enak menikmati masa perpanjangan bulan-bulan madu eeee sudah seperti dikejar deadline, seperti dikejar KPI, seperti dikejar target kapan hamiiiiiiiil, kapan ??

Untungnya segera aku harus sekolah lagi ambil program master di AIM, Asian Institute of Management di Makati, The Philippines. Novita pun ikut serta menemani proses belajar. Kami pun tinggal di luar negeri.

Ternyata di luar negeri tidak ada yang nanya-nanya terus soal kapan punya anak 😀 Kami rileks нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀 

Kami belum merasa urgent untuk punya bayi, karena aku luar biasa sibuk dengan program AIM yang persis seperti latihan perang dengan sistem gugur, dan hampir-hampir tidak ada waktu santai sama sekali. Wah salah pilih sekolah nih, maksud awal adalah sekolah yang santai, jadi bisa seperti liburan 😀

Selain itu saat kami masuk Makati tahun 1997, ekonomi Indonesia hancur-hancuran. Dana beasiswa yang dalam rupiah jadi keciiil sekali nilainya dan sama sekali tidak cukup untuk hidup di luar negeri, apalagi untuk bayar uang sekolah.

Terpaksa kami buka usaha katering, Novita yang belum bisa masak, mau tidak mau harus masak. Dan aku harus angkat-angkat makanan, menjajakan dan mengantar ke pembeli. Yah kami harus survive ! Tidak ada pilihan lain !

Jadi belum diberi bayi oleh Tuhan merupakan anugerah bagi kami, bisa dibayangkan dengan kondisi super stres, sibuk dan letih seperti itu, jika ditambah hadirnya bayi mungil bisa tambah asoy geboy hidup kami di rantau нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀 

Tapi kerinduan punya bayi terus bertumbuh. Karena aku sering dengar banyak orang yang terburu-buru mencari nama yang cocok untuk bayinya, dan akhirnya tidak maksimal mendapatkan nama. Maka aku sudah siapkan jauh-jauh hari 2 nama untuk calon bayiku. 

Satu nama pria Christoaldo Alexandro Wiloto, jujur saat itu aku memang sangat mengharapkan bayi pertama ku seorang laki-laki, kan keren seperti bapaknya yang anak sulung dan laki-laki нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀  

Tapi juga aku siapkan satu lagi nama wanita Christhalia Immanuella Wiloto, nah ini untuk adiknya, untuk bayi kedua.

Wah untuk bisa mendapatkan kedua nama itu sangat tidak mudah. Perlu membaca riset, banyak buku nama-nama dan artinya, dulu internet belum semarak sekarang.

Nama Christoaldo Alexandro Wiloto artinya Christo = Kristus, Aldo = Bijaksana, Alexandro = Pemimpin yang luar biasa, jadi nama adalah doa, kami berharap anak laki-laki ini adalah Pemimpin Yang Luar Biasa berkarakter Kritus dan Bijaksana.

Nama Christhalia Immanuella Wiloto artinya Chris = Kristus, Thalia = Anugerah Tuhan, Immanuella = Allah berserta kita, doa kami anak perempuan ini adalah Anugerah Tuhan bagi Dunia dan Tuhan selalu besertanya.

Setahun berlalu, aku lulus dari AIM dan kembali pulang ke BSD, Indonesia. Tapi belum ada tanda-tanda kehamilan.

Kami mulai kuatir, bukan kuatir tidak punya anak, bukan, tapi kuatir dicecar pertanyaan masyarakat yang dulu begitu menghantui kami, "Sudah hamil ?????"

Ditengah kerusuhan 1998 kami pulang ke Indonesia, dan betul saja walau saat itu kondisinya sangat mencekam karena kerusuhan dimana-mana, eeeeee tetap saja tetangga, teman-teman, saudara-saudara, teman sepersekutuan, gereja dan keluarga pun setiap bertemu, iseng bertanya, "sudah hamil ???" Oh tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaak 😭😭😭

Sampai-sampai kami malas pergi ke undangan-undangan atau acara apapun yang harus bertemu dengan orang-orang Indonesia нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀 

Aku bisa merasakan perasaan Novita yang sebagai wanita pasti jauh lebih menderita menghadapi pertanyaan sederhana yang sungguh membuat hidup kami jadi rumit.

Sampai suatu saat aku ajak Novita pergi ke suatu acara sosial, awalnya dia menolak, "Malas ah Mas, nanti ditanyain terus sudah hamil belum !" 

Entah dapat ide gila dari mana aku bilang ke Novita, "Kalau ada yang tanya bilang saja SUDAH HAMIL."

Novita kaget dan tidak mau berbohong, repot resikonya. Aku menyakinkan itu bukan bohong tapi IMAN ! 

Dan diapun akhirnya setuju dengan ide gila itu. Dan benar saja banyak sekali yang bertanya apakah sudah hamil, dan ketika kami jawab, "Sudah".... Wow sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya terjadi. 

Mendadak acara itu seperti berubah menjadi pesta syukuran kehamilan Novita, perhatian semua orang tertuju pada kami dengan rasa bahagia, syukur dan semua mengucapkan selamat pada kami. Dan kamipun lemaaaaaaas......

Saat pulang kamipun jadi bingung dan merasa bersalah sudah membohongi begitu banyak orang. Waduh bagaimana ini, pening kepala kami sungguh pening. Betul sekali jangan pernah berbohong, jangan pernah berbohong, sekali-kali jangan pernah berbohong ! Kapok ! Begini jadinya, lepas dari satu masalah dan masuk ke masalah yang jauuuuh lebih besar ! Wadoooooh.....

Tapi ada yang aneh, Novita ada flek darah, kami ke sinse. Dan sinse itu bilang bahwa itu sudah ada tanda-tanda, teruskan minum jamu yang minta ampun super pahit itu.

Novita merasa terlambat datang bulan. Tapi itu beberapa kali terjadi, biasanya saat ditest dengan test pack hasilnya nihil.

Tapi dasar kami orang-orang yang nggak pernah patah semangat, acara test selalu penuh harapan нaнaнaº°˚˚˚°º≈😀 

Dan hasil test pack ternyata Novita positif hamil saudara-saudara Нɑнɑнɑнaнaнaº°˚˚˚°º≈😀. Hamil persis beberapa hari dari saat kami berbohong ke publik tentang kehamilannya. Lebih tepatnya persis ketika kami MENYATAKAN IMAN kami pada publik. Puji Tuhan ! 😀

Kami rajin memeriksakan kandungan Novita secara rutin. Singkat cerita pada suatu hari saat konsultasi ke dokter, sang dokter terlihat kaget.

Dokter kaget karena tidak menemukan detak jantung si bayi yang ada di perut Novita. Dokternya bilang, "Ini ya suara saya kerasin sampai pol, tidak ada detak jantung bayi sama sekali !"

-----INI SAMBUNGANNYA, MAAF LAMA 😀😀😀---

Bener juga, kami dengarkan dengan seksama suara di mesin yang ditempeklan dokter di perut Novita. Sepiii... Tak ada suara sekali... Tidak ada detak janin terdeteksi...

Kami panik... Lemas... Sedih... Putus harapan...

Bayi yang menjadi harapan kami...

Mata kami berdua berkaca-kaca, penuh air mata, dada kami sesak...

"Jadi bagaimana Dok ?" tanyaku tanyaku dengan suara tercekat.

"Yah harus segera dikuret, dikeluarkan secepatnya." Jawab dokter, jujur, sebel banget mendengarnya.

Malam itu kami pulang dengan sedih. Tapi dalam diskusi kami suami istri, kami masih belum percaya dengan apa yang disampaikan dokter tadi.

Kami berdoa dan terus berdoa dengan harapan semoga apa yang disampaikan dokter tadi salah.
 
Besok malam, jam yang sama, kami kembali ke rumah sakit yang sama. Tapi ke dokter kandungan yang berbeda. Yang kebetulan posisi ruang prakteknya persis di depan ruang praktek dokter sebelumnya.

Dengan penuh iman pada Tuhan, kami melakukan KONTRA OPINI.

Ke dokter kandungan yang baru kami sampaikan tragedi yang terjadi malam sebelumnya. 

Dokter ini segera mulai memeriksa perut Novita, dengan alat yang sejenis untuk mendengar suara detak jantung janin.

"Suara jantung nya jelas sekali kok !!" kata dokter itu cukup keras, nampak penuh emosi, marah tepatnya. "Ini saya kerasin suaranya ya." Dan benar saja dari loud speaker terdengar keras dan jelas suara detak jantung bayi !

Wow! Puji Tuhan Yesus! Keajaiban telah terjadi!

"Itu dokter sembarangan diagnosis! Kalau terlanjur dikuret bagaimana itu, aborsikan ?!" kata dokter tak bisa menahan amarahnya.

Mungkin buat dokter ini, telah terjadi kesalahan diagnosis, tapi tidak bagi kami, bagi kami ini adalah KEAJAIBAN TUHAN.

Keajaiban yang menghidupkan bayi kami kembali.

Ternyata keajaiban itu masih ada sampai sekarang, dan dalam keluarga kami, lagi. Terimakasih Tuhan Yesus.

----
Kali ini kami datang ke dokter kandungan lagi seperti biasa, cek rutin. Dengan ultra sound scanner. Pertanyaan ku tetap sama ke dokter, "Laki-laki atau perempuan dok ?"

" Karena ini bulan kelima, kayaknya bayinya perempuan... Nggak kelihatan burungnya... Tapi bisa aja burung nya ngumpet sih." kata Dokter.

Setelah sampai rumah Novita tanya, "Mas kok dari tadi diam aja sih... Aku didiemin... Nggak diajak ngomong... Aku tanya nggak dijawab...kenapa kecewa ya bayinya perempuan ?"

Jujur memang aku kecewa sekali menerima kenyataan bahwa anak ku perempuan. Aku pengen sekali anak laki-laki. Aku selama hidup punya adik perempuan semua, 3 orang. Aku pengen punya teman, anak laki-laki.

Kalau ingat kejadian itu, sekarang aku sering tersenyum sendiri. Kadang manusia itu bodoh dan tidak pandai bersyukur ya. Tidak punya anak, dikasih anak. Bayi divonis meninggal, dihidupkan Tuhan. Tapi pengen anak laki-laki dikasih perempuan saja jadi kecewa. Hadeh, ampunilah aku ya Tuhan.

Ditulis 3 Juni 2017, Jam 15.53 WIB

Popular Posts